Kamis, 25 Juli 2013

letter code bandara indonesia

BANDARA INTERNASIONAL

Wilayah Sumatra
  • Banda Aceh, Aceh : Bandar Udara Sultan Iskandar Muda (BTJ)
  • Batam, Kepulauan Riau : Bandar Udara Hang Nadim (BTH)
  • Medan, Sumatra Utara : Bandar Udara Polonia (MES)
  • Padang, Sumatra Barat : Bandar Udara Minangkabau (PDG)
  • Pekanbaru, Riau : Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II (PKU)
  • Palembang, Sumatra Selatan : Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II (PLM)
  • Tanjung Pinang, Kepulauan Riau : Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah atau Bandar Udara Kijang (TNJ)

Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
  • Bandung, Jawa Barat : Bandar Udara Husein Sastranegara (BDO)
  • Banten : Bandar Udara Soekarno-Hatta (CGK)
  • Denpasar, Bali : Bandar Udara Ngurah Rai (DPS)
  • Jakarta, DKI Jakarta : Bandar Udara Halim Perdanakusuma (HLP)
  • Mataram, Nusa Tenggara Barat : Bandar Udara Selaparang (AMI)
  • Semarang, Jawa Tengah : Bandar Udara Achmad Yani (SRG)
  • Solo, Jawa Tengah : Bandar Udara Adisumarmo (SOC)
  • Surabaya, Jawa Timur : Bandar Udara Juanda (SUB)
  • Yogyakarta, DI Yogyakarta : Bandar Udara Adi Sucipto (JOG)

Wilayah Kalimantan
  • Balikpapan, Kalimantan Timur : Bandar Udara Sepinggan (BPN)
  • Pontianak, Kalimantan Barat : Bandar Udara Supadio (PNK)
  • Banjarmasin, Kalimantan Selatan : Bandar Udara Syamsuddin Noor (BDJ)

Wilayah Sulawesi
  • Makassar, Sulawesi Selatan : Bandar Udara Hasanuddin (UPG)
  • Manado, Sulawesi Utara : Bandar Udara Sam Ratulangi (MDC)
  • Palu, Sulawesi Tengah : Bandar Udara Mutiara (PLW)

BANDARA DOMESTIK

Wilayah Sumatra
  • Bandar Lampung, Lampung : Bandar Udara Radin Inten II (TKG)
  • Bengkalis, Riau : Bandar Udara Sei Pakning (SEQ)
  • Bengkulu : Bandar Udara Fatmawati Soekarno (BKS)
  • Dumai, Riau : Bandar Udara Pinang Kampai (DUM)
  • Gunungsitoli, Sumatra Utara : Bandar Udara Binaka (GNS)
  • Jambi : Bandar Udara Sultan Thaha Syaifuddin (DJB)
  • Kerinci, Jambi : Bandar Udara Depati Parbo (KRC)
  • Lhokseumawe, Aceh : Bandar Udara Malikus Saleh (LSW)
  • Lhoksukon, Aceh : Bandar Udara Landeng (LSX)
  • Natuna, Kepulauan Riau : Bandar Udara Natuna Ranai (NTX)
  • Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung : Bandar Udara Depati Amir (PGK)
  • Rengat, Riau : Bandar Udara Japura (RGT)
  • Singkep, Kepulauan Riau : Bandar Udara Dabo (SIQ)
  • Singkil, Aceh : Bandar Udara Syeikh hamzah Fansury (SKL)
  • Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung : Bandar Udara HAS Hanandjoeddin (TJQ)
  • Tapaktuan, Aceh : Bandar Udara Teuku Cut Ali (TPK)
  • Tapanuli Selatan, Sumatra Utara : Bandar Udara Aek Godang (AEG)
  • Tapanuli Tengah, Sumatra Utara : Bandar Udara Pinang Sori (SBQ)
  • Tapanuli Utara, Sumatra Utara : Bandar Udara Silangit (SQT)
  • Toba, Sumatra Utara : Bandar Udara Sibisa (SIW)

Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
  • Atambua, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Haliwen (ABU)
  • Bajawa, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara padamaleda (BJW)
  • Bima, Nusa Tenggara Barat : Bandar Udara Muhammad Salahuddin (BMU)
  • Ciamis, Jawa Barat : Bandar Udara Nusawiru (WI03)
  • Cilacap, Jawa Tengah : Bandar Udara Tunggul Wulung (CXP)
  • Cirebon, Jawa Barat : Bandar Udara Penggung (CBN)
  • Ende, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara H Hasan Aroeboesman (ENE)
  • Kalabahi, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Mali (ARD)
  • Kupang, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara El Tari (KOE)
  • Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Komodo (LBJ)
  • Larantuka, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Dewayangtana (LKA)
  • Lewoleba, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Wunopito (LWE)
  • Malang, Jawa Timur : Bandar Udara Abdul Rachman Saleh (MLG)
  • Maumere, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Wai Oti (MOF)
  • Pulau Sawu, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Terdamu (SAU)
  • Rote, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Lekunik (RTI)
  • Ruteng, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Frans Sales Lega (RTG)
  • Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat : Bandar Udara Brangbiji (SWQ)
  • Sumenep, Jawa Timur : Bandar Udara Trunojoyo (SUP)
  • Tambolaka, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Tambolaka (TMC)
  • Tasikmalaya, Jawa Barat : Bandar Udara Wiridinata (TSY)
  • Waingapu, Nusa Tenggara Timur : Bandar Udara Mau Hau (WGP)

Wilayah Kalimantan
  • Kotabaru, Kalimantan Selatan : Bandar Udara Stagen (KBU)
  • Palangkaraya, Kalimantan Tengah : Bandar Udara Tjilik Riwut (PKY)
  • Pangkalanbun, Kalimantan Tengah : Bandar Udara Iskandar (PKN)
  • Putussibau, Kalimantan Barat : Bandar Udara Pangsuma (PSU)
  • Tarakan, Kalimantan Timur : Bandar Udara Juwata (TRK)
  • Tumbang Samba, Kalimantan Tengah : Bandara Udara Tumbang Samba (TBM)
  • Sintang, Kalimantan Barat : Bandar Udara Susilo (SQG)
  • Samarinda, Kalimantan Timur : Bandar Udara Temindung (SRI)
  • Sampit, Kalimantan Tengah : Bandar Udara H. Asan (SMQ)
  • Santan, Kalimantan Timur : Bandar Udara Tanjung Santan (TSX)

Wilayah Sulawesi
  • Gorontalo : Bandar Udara Jalaluddin (GTO)
  • Kendari, Sulawesi Tenggara : Bandar Udara Wolter Winginsidi (KDI)
  • Poso, Sulawesi Tengah : Bandar Udara Kasiguncu (PSJ)

Wilayah Maluku dan Papua
  • Ambon, Maluku : Bandar Udara Pattimura (AMQ)
  • Biak, Papua : Bandar Udara Frans Kaisiepo (BIK)
  • Enarotali, Papua : Bandar Udara Enarotali (EWI)
  • Jayapura, Papua : Bandar Udara Sentani (DJJ)
  • Kaimana, Papua Barat : Bandar Udara Kaimana (KNG)
  • Manokwari, Papua Barat: Bandar Udara Rendani (MKW)
  • Merauke, Papua : Bandar Udara Mopah (MKQ)
  • Sorong, Papua Barat : Bandar Udara Jeffman (SOQ)
  • Ternate, Maluku Utara : Bandar Udara Sultan Babullah (TTE)
  • Timika, Papua : Bandar Udara Moses Kilangin (TIM)
  • Wamena, Papua : Bandar Udara Lembah Ballem (WMX)

Selasa, 16 Juli 2013

Seni membuat kaca atau gelas merupakan salah satu pencapaian yang pernah ditorehkan peradaban Islam di era keemasan. Namun, pencapaian umat Islam yang begitu tinggi itu seakan dinihilkan peradaban Barat.Para ahli kaca atau gelas Barat tak pernah menghitung keberhasilan serta warisan yang telah disumbangkan umat Islam dalam pembuatan kaca serta gelas.

Seakan ingin menutupi keberhasilan yang pernah dicapai umat Islam, para ahli kaca di Barat selalu menonjolkan kemewahan seni pembuatan kaca di Eropa. Padahal, teknologi dan teknik pembuatan kaca atau gelas yang dikuasai Barat, saat ini, merupakan hasil transfer pengetahuan dan teknologi dari dunia Islam.

”Apa yang dilakukan para ahli kaca atau gelas Barat sungguh tak adil, karena menyembunyikan nilai-nilai seni kaca Islami serta menihilkan pencapaian yang sesungguhnya,” kata Norman A Rubin dalam tulisannya berjudul “Islamic Glass Treasure: The Art of Glass Making in the Islamic World”.

Berbicara mengenai sejarah seni pembuatan kaca atau, papar Rubin, prestasi gemilang yang telah ditorehkan dunia Islam tak bisa dilupakan. Para seniman Muslim telah memberi sumbangan yang begitu besar dalam pembuatan kaca atau gelas. Menurut Rubin, para seniman Muslim itu telah menciptakan bentuk dan pola baru dalam teknik pembuatan kaca atau gelas. ”Para seniman Muslim telah melahirkan roh serta semangat artistik baru dan pendekatan seni Islam,” ungkapnya.

Sejatinya, seni pembuatan kaca atau gelas memang telah berkembang sebelum ajaran Islam diturunkan. Ketika umat Islam mulai membentangkan wilayah kekuasaan pada abad ke-7 M, pembuatan gelas atau kaca telah berkembang di Mesir dan kawasan Asia barat.

Namun, sejak kekhalifahan Islam menguasai wilayah sentra-sentra pembuatan gelas atau kaca, teknologi, dan teknik pembuatan produk pecah-belah itu berkembang dengan sangat pesat. Stefano Carboni dan Qamar Adamjee dari The Metropolitan Museum of Art dalam tulisannya berjudul “Glass from Islamic Lands” memaparkan, dari abad ke-7 hingga 14 M, produksi kaca atau gelas didominasi oleh negeri-negeri Islam..

Tak cuma itu, inovasi serta teknologi yang digunakan untuk memproduksi gelas atau kaca di era kekhalifahan begitu sangat tinggi. ”Inilah fase yang gemilang dalam seni pembuatan gelas serta kaca,” papar Stefano dan Qamar Adamjee.

Teknik serta teknologi pembuatan kaca atau gelas yang diciptakan peradaban Islam dapat dipelajari dengan lebih baik berdasarkan teknik manipulasinya. Beragam teknik pembuatan kaca atau gelas di dunia Islam yang mudah dipelajari itu begitu berpengaruh terhadap dunia Barat. Pada abad ke-17 M, peradaban Barat menyerap beragam teknik pembuatan kaca itu dari peradaban Islam.

Sayangnya, setelah menguasai teknik dan teknologi pembuatan kaca atau gelas, peradaban Barat lalu berupaya menyembunyikan pencapaian yang ditotehkan umat Islam. Sejarah mencatat, sejak abad ke-9 M, seni pembuatan kaca di dunia Islam sudah menemukan bentuknya dan mulai berani tampil beda.

Laiknya pembuatan keramik, dekorasi arsitektur dan barang-barang dari kayu, seni pembuatan gelas atau kaca era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai menampakkan rasa serta nilai-nilai seni Islam. Meski proses imitasi dari gelas Romawi masih berlangsung, namun para seniman Muslim mulai mengembangkan pembuatan kaca serta gelas dengan corak dan gaya artistik yang khas, yakni menonjolkan nilai-nilai keislaman.

Elif Gokcidge dalam tulisannya bertajuk “Fragile Beauty Islamic Glass” memaparkan, ciri khas teknik utama pembuatan gelas atau kaca pada periode itu adalah kaca dekorasi relief-cut dengan teknik cold-cut. Para seniman Muslim mencoba menampilkan efek cameo (batu berharga yang latar belakangnya berwarna lain).

Selain itu, kaca yang dibuat juga sudah memiliki dua lapis warna berbeda. Corning Ewer merupakan salah satu kaca cameo yang sangat Indah yang diciptakan para seniman Muslim. Memasuki abad ke-11 M, barang pecah belah yang berwarna-warni serta dilapisi hiasan mulai menjadi tren di dunia Islam. Hiasan dalam kaca atau gelas pada era itu tak hanya dicetak namun juga sudah dipahat. Motif bunga-bunga serta gambar hewan dan manusia menjadi ciri khas hiasan pada kaca atau gelas di abad itu.

Salah satu pencapaian yang terpenting dalam sejarah pembuatan kaca atau gelas di dunia Islam terjadi pada abad ke-13 M. Kala itu, secara mengejutkan para seniman pembuat kaca di Mesir dan Suriah sudah mempu membuat kaca atau dengan dilapisi warna-warna polychromeuntuk pertama kalinya.

Teknik membuat gelas atau kaca ini dilakukan dengan mengecat kaca dengan kuas dan kemudian membakarnya selama beberapa kali. Pembakaran secara berulang dilakukan untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Jenis warna yang akan muncul pada gelas itu ditentukan struktur pigmen bahan kimia yang digunakan.

Di abad ke-14, terjadi perubahan pada cita rasa artistik kaca atau gelas Islam. Pola serta corak bunga-bunga dan geometrisnya lebih menonjol. Hal itu sangat tampak dari beragam perabotan pecah-belah yang dihasilkan pada era kekuasaan Dinasti Mamluk yang berkuasa di wilayah Mesir dan Suriah. Cita rasa artistik gelas serta kaca yang lebih menonjolkan corak flora dan geometris itu tampak pada lampu gantung, vas bunga, serta botol-botol yang diproduksi saat itu.

Peradaban Barat mulai terpikat dengan produk gelas serta kaca Islam ketika terjadi Perang Salib. Para serdadu dan petinggi Tentara Perang salib dengan bangga membawa gelas porselen dari Yerusalem sebagai buah tangan ke negeri asalnya. Mereka menyimpan produk gelas serta kaca yang dibuat para seniman Islam itu di gereja dan tempat-tempat khusus.

Mulai abad ke-14 M, para seniman Barat, khususnya di Venicia mulai belajar membuat gelas atau kaca sendiri. Beragam produk pecah belah yang dihasilkan seniman Muslim menjadi inspirasi bagi para seniman Barat. Selain itu, seniman di Venicia juga diuntungkan dengan kemudahan mendapatkan bahan baku pembuatan gelas yang berkualitas yang diimpor dari Mesir dan Suriah..
Industri barang pecah belah berkualitas yang dihasilkan dunia Islam hanya mampu bertahan hingga abad ke-17 M. Seiring meredupnya kejayaan pemerintahan Islam, seni pembuatan barang pecah-belah mulai diambil-alih peradaban Barat.

Kamis, 04 Juli 2013

Prawirotaman, Kampung Batik dan Penginapan Yang Mendunia

Prawirotaman, sebuah kawasan yang terletak sekitar lima kilometer dari pusat kota Yogyakarta bisa menjadi alternatif ketika bingung mencari tempat penginapan. Kawasan itu tidak hanya menyediakan penginapan yang unik dan terjangkau, tetapi juga sederet artshop, cafe, toko buku, pasar tradisional, dan sebuah batu tulis yang tentu bisa menjadi alternatif wisata pula.
Prawirotaman sebagai sebuah kampung dikenal sejak abad ke-19, saat seorang bangsawan kraton bernama Prawirotomo menerima hadiah sepetak tanah dari kraton. Sejak awal, kampung ini memang mempunyai peran yang tak kecil bagi Yogyakarta. Masa pra kemerdekaan, kampung ini menjadi konsentrasi laskar pejuang. Pasca kemerdekaan, tepatnya tahun 60-an, kampung ini dikenal sebagai pusat industri batik cap yang dikelola oleh keturunan Prawirotomo. Sementara sejak tahun 70-an, seiring meredupnya industri batik cap, para keturunan Prawirotomo banting setir ke jasa penginapan dan Prawirotaman pun mulai dikenal sebagai kampung turis.
Memasuki kawasan Prawirotaman, anda akan disambut dengan nuansa kampung tengah kota, mulai dari lalu lalang kendaraan hingga sapaan warga yang umumnya dapat berbahasa Inggris. Sederetan penginapan dengan keunikan rancang bangunnya, mulai Jawa klasik hingga hotel masa kini terdapat di kawasan ini. Fasilitas yang disediakan penginapan pun cukup menggoda dengan harga yang terjangkau, mulai Rp 50.000 - Rp 300.000. Meski ada yang telah berpindah tangan, kebanyakan penginapan masih dikelola oleh keturunan Prawirotomo, terdiri dari tiga keluarga besar yaitu Werdoyoprawiro, Suroprawiro, dan Mangunprawiro.
Kawasan Prawirotaman I atau biasa disebut Prawirotaman saja adalah daerah yang paling terkenal. Selain penginapan, di kawasan ini juga terdapat fasilitas wisata lainnya seperti agen tour travel, warnet dan wartel, cafe dan resto, hingga bookshop. Di cafe dan resto yang tersedia, anda bisa menikmati banyak masakan khas Jawa, Eropa, maupun paduan keduanya. Bookshop yang tersedia menyediakan buku-buku bagus dengan harga yang lebih murah. Buku-buku impor yang harganya bisa ratusan ribu bisa didapat dengan hanya mengeluarkan Rp 35.000 - Rp 60.000 saja. Kadang, ada pula turis mancanegara yang mau bertukar koleksi bukunya.
Beberapa artshop juga berjejer menjajakan pernak-pernik seni yang unik. Ada meja yang terbuat dari bambu, kain batik, lemari yang dibuat dari kayu glondongan hingga barang-barang antik seperti lampu hias dan keris berusia tua. Salah satu benda antik yang sangat laris di kalangan turis mancanegara adalah cap batik. Biasanya, cap itu digunakan untuk hiasan daun meja, angin-angin ventilasi rumah kayu atau sekedar sebagai koleksi karena dianggap mempunyai nilai seni berupa detail motif yang sangat menarik dan nilai sejarah yang cukup tinggi. Seorang warga Jerman pernah memborong 1000 buah cap batik dari sebuah perusahaan batik yang kini sudah tidak beroperasi.
Di sebelah selatan kawasan Prawirotaman I merupakan Prawirotaman II yang berbatasan langsung dengan pasar tradisional di tempat itu. Berjalan-jalan di pasar tradisional pada pagi hari merupakan alternatif wisata yang menarik. Selain bisa menyaksikan hiruk pikuk warga yang tengah berbelanja, anda juga bisa mencicipi panganan khas Yogyakarta yang banyak dijual. Bila menuju ke sebelah selatan lagi, anda akan bertemu dengan daerah Prawirotaman III yang tak kalah ramainya. Di Prawirotaman III, anda akan lebih banyak menjumpai rumah penduduk.
Meski nama sebenarnya dari dua bagian paling selatan Prawirotaman adalah Prawirotaman II dan Prawirotaman III, namun daerah itu lebih dikenal dengan nama Jalan Gerilya. Menurut cerita, kawasan itu merupakan markas Prajurit Hantu Maut (laskar jaman perjuangan kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin oleh Pak Tulus. Di salah satu sudut jalan, anda bisa menemukan sebuah batu tulis yang dibuat untuk memperingati perjuangan pasukan tersebut. Selain Pasukan Hantu Maut, laskar prajurit yang pernah bermarkas di kawasan ini adalah Prajurit Prawirotomo.
Tak perlu khawatir jika hendak memulai perjalanan wisata. Sejumlah tempat menyediakan jasa penyewaan sepeda motor dan mobil, bahkan fasilitas antar jemput. Jika belum memiliki rencana wisata, sejumlah agen memiliki cukup referensi tentang tempat wisata menarik di Yogyakarta. Mulai dari wisata budaya seperti candi dan kraton hingga petualangan seperti trekking.
Naskah: Yunanto Wiji Utomo.

AIR TERJUN SRI GETHUK Alamat: Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia Koordinat GPS: S7°56'36" E110°29'21" (lihat peta)

Eksotisme Grand Canyon di daerah utara Arizona, Amerika Serikat tentunya tak bisa disangkal lagi. Grand Canyon merupakan bentukan alam berupa jurang dan tebing terjal yang dihiasi oleh aliran Sungai Colorado. Nama Grand Canyon kemudian diplesetkan menjadi Green Canyon untuk menyebut obyek wisata di Jawa Barat yang hampir serupa, yakni aliran sungai yang membelah tebing-tebing tinggi. Gunungkidul sebagai daerah yang sering diasumsikan sebagai wilayah kering dan tandus ternyata juga menyimpan keindahan serupa, yakni hijaunya aliran sungai yang membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir di setiap musim. Air terjun tersebut dikenal dengan nama Air Terjun Sri Gethuk.
Terletak di Desa Wisata Bleberan, Air Terjun Sri Gethuk menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda harus naik kendaraan melewati areal hutan kayu putih milik PERHUTANI dengan kondisi jalan yang bervariasi mulai dari aspal bagus hingga jalan makadam. Memasuki Dusun Menggoran, tanaman kayu putih berganti dengan ladang jati yang rapat. Sesampainya di areal pemancingan yang juga berfungsi sebagai tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Pilihan pertama yakni menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah nan hijau berhiaskan nyiur kelapa, sedangkan pilihan kedua adalah naik melawan arus Sungai Oya. Tentu saja YogYES memilih untuk naik rakit sederhana yang terbuat dari drum bekas dan papan.
Perjalanan menuju Air Terjun Sri Gethuk pun dimulai saat mentari belum naik tinggi. Pagi itu Sungai Oya terlihat begitu hijau dan tenang, menyatu dengan keheningan tebing-tebing karst yang berdiri dengan gagah di kanan kiri sungai. Suara rakit yang melaju melawan arus sungai menyibak keheningan pagi. Sembari mengatur laju rakit, seorang pemandu menceritakan asal muasal nama Air Terjun Sri Gethuk. Berdasarkan cerita yang dipercayai masyarakat, air terjun tersebut merupakan tempat penyimpanan kethuk yang merupakan salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo Meduro. Oleh karena itu disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu masyarakat Dukuh Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari arah air terjun.
Tak berapa lama menaiki rakit, suara gemuruh mulai terdengar. Sri Gethuk menanti di depan mata. Bebatuan yang indah di bawah air terjun membentuk undak-undakan laksana tepian kolam renang mewah, memanggil siapa saja untuk bermain di dalam air. YogYES pun turun dari rakit dan melompati bebatuan untuk sampai di bawah air terjun dan mandi di bawahnya. Kali ini rasanya seperti berada di negeri antah berantah di mana air mengalir begitu melimpah. Air mengalir di sela-sela jemari kaki, air memercik ke seluruh tubuh, air mengalir di mana-mana. Seorang kawan tiba-tiba berteriak "Ada pelangi!". Saat menengadah, selengkung bianglala nan mempesona menghiasi air terjun. Sesaat YogYES merasa menjadi bidadari yang berselendangkan pelangi.
Biaya:
  • Tiket: Rp. 3.000 (merupakan tiket terusan dengan Gua Rancang Kencono)
  • Tarif naik rakit: Rp 5.000 / orang (pulang pergi)
  • Sewa ban: Rp. 2.000 / orang
Keterangan:
Wisata Air Terjun Sri Gethuk sepenuhnya dikelola oleh masyarakat Desa Bleberan. Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi Kohar (+62 853 3400 5700), Tri Harjono (+62 813 2821 6842).


 http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/nature-and-outdoor/sri-gethuk/

Rabu, 03 Juli 2013

Pilot Termuda di Dunia

1. Carlo Schmidt

Merupakan pilot yang berhasil memecahkan rekor dunia sebagai pilot termuda yang terbang keliling dunia. Pemuda Swiss, yang berusia 22 tahun, ini menempuh perjalanan sejauh 40.000 mil.
Selama 110 jam di atas langit, Carlo telah terbang untuk mengunjungi 21 negara. Aksi ekstrem tersebut ditetapkan sebagai rekor terbaru dalam Guinness World Records. Carlo memulai perjalanannya di udara sejak 11 Juli dan mendarat dengan selamat pada 29 September. Ia juga berhasil mengumpulkan uang amal sebesar 50.000 Franken atau sekitar Rp 512 juta untuk UNICEF.

2. Sarah Kusuma

Wanita kelahiran bandung 3 Maret 1988 ini merupakan lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug. Pada awal 2007, Sarah menjadi satu-satunya siswa wanita yang lolos dalam seleksi penerimaan calon pilot di sekolah itu. Selama dua tahun dua bulan, ia belajar mengemudikan pesawat. Dan begitu lulus, langsung menerima pinangan sebagai pilot Garuda Indonesia.
Kariernya di maskapai penerbangan terbesar di Indonesia itu cukup mulus. Tak cuma menjelajah kota-kota di pelosok Nusantara, tapi juga mendapat kepercayaan terbang ke China, Perth, dan sejumlah kota di Asia Tenggara. Jam terbangnya sudah 1.500 jam.

3.Barrington Irving
Barrington Irving merupakan Pilot yang berhasil menerbangkan pesawat single engine dan menyelesaikan tiga bulan perjalanan udaranya pada umur yang sangat muda yakni 23 tahun.
Barrington Irving lahir di Jamaika pada 11 November 1983 dan bermigrasi bersama kedua orang tuanya menuju Amerika pada usia dini. Irving kecil dibesarkan di pusat kota Miami, dikelilingi oleh kejahatan, kemiskinan, dan anak-anak putus sekolah, ia mengalahkan kemungkinan untuk menjadi orang termuda dan satu-satunya Afrika Amerika yang pernah terbang solo di seluruh dunia. Dia membangun pesawat sendiri, melakukan penerbangan bersejarah, lulus secara cumlaude dari program aeronautikal science di Universitas Florida Memorial Science di Mami dan mendirikan sebuah yayasan pendidikan yang sangat dinamis.

4. Raden Roro Iin Irjayanti
Pilot Perempuan kelahiran Jayapura, 4 November 1985. Merupakan pilot maskapai penerbangan Batavia Air, Ia adalah lulusan dari Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia yang disebar Departemen Perhubungan hingga tempat tinggalnya di Timika, Papua. Waktu itu tahun 2003.
Di Batavia Air, Iin mengantongi izin menerbangkan Boeing 737 jenis 300-400 yang mampu mengudara di atas ketinggian 37.000 kaki.

5. Allendia Traviana
Seperti halnya Iin menghabiskan hari-harinya sebagai pilot di Batavia Air. Allend, begitu dara yang lahir di Kupang 23 tahun silam ini disapa, sempat terganjal restu sang ayah. Ayahnya hanya merestui ia masuk ke jurusan Air Traffic Controller, bertolak belakang dengan keinginannya menjadi penerbang. Allend yang mendapat beasiswa sekolah penerbang dari Batavia Air, Oktober 2007. Berkat keuletan dan kegigihannya menjadikan Allendia menjadi pilot termuda bersama dengan Lin.